Minggu, 12 Desember 2010

SOAL REMIDI MOMENTUM DAN IMPULS



SOAL REMIDI FISIKA ( MOMENTUM DAN IMPULS )
KELAS XI IPA 3 DAN XI IPA 4
SMA NEGERI 1 BABAT

Jawablah dengan singkat dan benar!
1. Sebuah bola bermassa 2 kg diam ditendang dengan gaya 100 N dalam waktu
0,2 sekon. Hitunglah:
a. impuls, dan
b. kecepatan bola sesaat setelah ditendang!

2. Seorang joki dengan massa 60 kg naik seekor kuda yang bermassa 200 kg
yang bergerak dengan kecepatan 8 m/s. Pada suatu saat joki tersebut meloncat
dari kuda dengan kecepatan 3 m/s terhadap kuda. Berapakah kecepatan kuda
sesaat setelah joki meloncat, jika joki meloncat:
a. searah kuda,
b. berlawanan arah!

3. Bola dengan massa 4 kg bergerak ke kiri dengan kecepatan 10 m/s menumbuk
bola lain dengan massa 6 kg yang mula-mula diam. Jika tumbukannya lenting
sempurna, hitunglah kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan!

4. Sebuah truk yang massanya 2.000 kg dan melaju dengan kecepatan 36 km/jam
menabrak sebuah pohon dan berhenti dalam waktu 0,1 sekon. Hitunglah gaya
rata-rata pada truk saat terjadi tabrakan!

5. Dua benda massanya masing-masing 2 kg dan 4 kg bergerak saling mendekat
dengan kecepatan 10 m/s dan 4 m/s. Jika terjadi tumbukan lenting sebagian
dengan koefisien restitusi 0,5, tentukan:
a. kecepatan masing-masing benda setelah tumbukan,
b. energi kinetik yang hilang setelah tumbukan!


Selasa, 07 Desember 2010

GURU WAJIB MELEK INTERNET


“Guru Wajib Melek Internet”
Internet itu jalan raya dari abad 21 yang akan mengantarkan kita untuk berkomunikasi dan saling tukar informasi. Komoditas utama di masa depan adalah ilmu pengetahuan dan bukan lagi minyak atau batubara. Untuk mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan maka kemampuan teknologi, komunikasi, berpikir kritis, dan kemampuan berkolaborasi adalah dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan. Jika para guru masih belum beranjak dari pola pembelajarannya yang konvensional maka silakan minggir karena sungguh apa yang diajarkannya di kelas tidak akan dapat dimanfaatkan


oleh para siswanya kelak. SERING ditemui, murid sekolah menghabiskan waktu luangnya dengan menelusuri dunia maya di warung internet. Salah satu sarana teknologi informasi itu sangat membantu mereka mencari wawasan lebih luas di samping buku pelajaran di sekolah. Namun, kecepatan akses informasi mereka ini tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas gurunya. Mungkin sudah ada guru yang terbiasa menggunakan internet sebagai bahan tambahan materi pelajaran di kelas, tapi ada juga guru yang belum mengerti sama sekali. Ketimpangan ini dijawab Klub Guru Jatim dengan merangkul Indosat dan Harian Surya. Sebuah nota kesepahaman ditandatangani untuk mendidik guru-guru di Jatim agar semakin melek internet di Auditorium Indosat, (17/2). Penandatanganan dilakukan Ahmad Rusdilfahmi, Division Head of Marketing and Sales Support PT Indosat Regional Jatim dan Bali Nusra, Sirikit Syah selaku Ketua Klub Guru dan Dhimam Abror Djuraid selaku Pemimpin Redaksi Harian Surya. Rencananya, para guru anggota Klub Guru akan dilatih mengenai cara penggunaan internet. “Ini merupakan program yang feasible, sangat bisa diaplikasikan,” kata Sirikit. Pelatihan sebaiknya dilakukan dalam skala kecil, 20 guru per sesi selama satu hingga dua hari. Atau bisa juga kemampuan ngenet ini disebarkan dari guru-guru yang sudah paham operasional komputer dan internet. Misalnya, guru sains dan guru teknologi informasi. Selanjutnya, mereka akan menularkan ilmunya itu kepada guru guru mata pelajaran lain. “Kami mendukung program ini, sejalan dengan program corporate social responsibility bernama Indonesia Belajar,” ujar Fahmi. Survei kecil yang pernah dilakukan Indosat menunjukkan dari 500 guru anggota Klub Guru, 25 persen di antaranya sudah melek IT.

Peran Indosat adalah memfasilitasi sambungan internet tersebut sejauh pemancar Indosat mampu

menjangkau. “Jika memakai internet broadband 3G, akses internet dapat diperoleh anggota klub guru dengan mudah. Termasuk aplikasi melalui tele conference dan video conference yang menggunakan kekuatan 3,6 megabyte per detik,” terang Fahmi. Sirikit menambahkan jika guru-guru tersebut berada di daerah yang jauh dari jangkauan pemancar Indosat, maka mereka akan

diundang belajar internet di Surabaya. Hingga kini, anggota Klub Guru berjumlah sekitar 1.500 orang. Mayoritas berasal dari Surabaya dan Bojonegoro, disusul Gresik dan Jombang. ,” ungkap Sirikit. Pembina Klub Guru ini menambahkan bahwa pelatihan pada guru tersebut dapat diusahakan pula dengan mengoptimalkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada jenjang pendidikan SMP, SMA, dan SMK. “Lebih mudah bila mereka saling tukar informasi dalam komunitas mereka sendiri. Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA menekankan bahwa jaringan internet harus dimiliki oleh para guru. “Selain membaca, seorang guru sebaiknya bisa menggunakan internet,” tegasnya. Bagaimanapun, seorang guru dihormati masyarakat karena tiga hal. Yaitu karena ilmunya, kepribadiannya, serta cita-citanya. (sumber: Harian Surya)

REVOLUSI PENDIDIKAN



"REVOLUSI PENDIDIKAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI "
DUNIA pendidikan telah berubah kita setuju atau tidak setuju dan kita mesti segera angkat kaki dari sistem pembelajaran konvensional yang selama ini kita anut dan pegang dengan erat. Teknologi telah menguasai hidup kita kini dan akan semakin besar perannya di masa mendatang. Jadi, kecuali kita ingin agar anak anak generasi penerus kita tinggal di dalam gua atau menjadi warga dunia kelas empat dan lima, kita harus segera menguasai dan mengadopsi teknologi dalam sistem pembelajaran kita. Tidak bisa tidak. Teknologi adalah tulang punggung pertumbuhan ekonomi modern. Teknologi mengubah cara kita hidup, apa yang kita lakukan, bagaimana kita berkomunikasi, dan bagaimana kita bekerja. Reformasi pendidikan haruslah dimulai dari guru karena gurulah yang harus memulai perubahan dan bukan siswanya. Guru haruslah menjadi pemimpin dan pelopor dalam perubahan. Dan untuk dapat menjadi pemimpin perubahan maka guru haruslah melakukan perubahan dulu dari dalam dirinya sendiri dengan melakukan perubahan yang mendasar dan revolusioner dalam menjalankan proses belajar mengajarnya


IRONI SUMBER DAYA PENDIDIKAN KITA

‘A revolution in teaching the child requires a revolution in the way teachers learn’, kata

Wikiversity. Jika ingin terjadi perubahan pada cara belajar siswa kita yang pertama-tama perlu diubah adalah cara belajar gurunya. Kita tidak mungkin berharap anak-anak kita menguasai teknologi informasi, umpamanya, jika bahkan para gurunya pun tidak mengenal teknologi tersebut. Jika ingin mengubah wajah pendidikan kita maka yang pertama-tama harus dirombak total adalah sistem pendidikan guru kita di semua LPTK. Jika sistem pembelajarannya masih mengunakan sistem konvensional maka jelas tidak masuk di akal jika kita berharap lulusannya akan dapat menjadi guru yang siap untuk menghadapi tantangan abad 21. Berbagai hasil statistik menunjukkan ketertinggalan kita di bidang pendidikan. Masalah besar kita adalah kualitas guru yang kita miliki. Berdasarkan hasil survey dari Pustekkom pada 195 orang guru SMAN ternyata 77% di antara mereka ternyata belum pernah mengenal internet dan sisanya pernah menggunakan antara 1 s/d 5 kali. Jadi bagaimana kita bisa berharap bahwa mereka akan dapat mengenalkan teknologi kepada para siswanya (apalagi menguasainya sebagai bekal hidup di masa depan)


TUGAS GURU ADALAH BELAJAR

Meski selalu dikatakan bahwa tugas guru adalah terus belajar tapi pernahkah kita perduli bagaimana guru belajar dan apa materi yang harus terus dipelajarinya? Fakta adalah bahwa sangat langka ada guru yang terus belajar secara mandiri dan umumnya mereka hanya menggunakan ilmu yang dipelajarinya bertahun-tahun yang lalu ketika masih di bangku kuliah. Guru telah berhenti belajar karena faktor tak adanya alat, materi dan sumber belajar secara mandiri dan tak adanya sistem dan lingkungan yang kondusif untuk mendorong guru untuk tetap belajar memperbaharui ilmu pengetahuan mereka. Dengan jumlah guru hampir 3 juta orang saat ini Depdiknas tidak mungkin diminta untuk menyelenggarakan pelatihan berkala bagi semua guru yang ada sehingga tugas untuk belajar dan berlatih haruslah dilakukan oleh guru sendiri secara mandiri. Depdiknas hanya akan dapat memberikan bentuk pelatihan yang bersifat TOT (training of Trainers) yang nantinya akan diharapkan bergulir. Jadi tantangannya adalah bagaimana caranya membuat guru mau dan mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu guru harus dibekali dengan alat, materi dan sumber belajar yang dapat digunakannya untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Alat, materi dan sumber belajar tersebut haruslah mudah digunakan dan diakses dan juga benar-benar bermanfaat dalam membantu guru menjalankan tugasnya sehari-hari di kelas maupun di luar kelas.


GURU HARUS MELEK INTERNET

Internet itu jalan raya dari abad 21 yang akan mengantarkan kita untuk berkomunikasi dan saling tukar informasi. Komoditas utama di masa depan adalah ilmu pengetahuan dan bukan lagi minyak atau batubara. Untuk mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan maka kemampuan teknologi, komunikasi, berpikir kritis, dan kemampuan berkolaborasi adalah dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan. Jika para guru masih belum beranjak dari pola pembelajarannya yang konvensional maka silakan minggir karena sungguh apa yang diajarkannya di kelas tidak akan dapat dimanfaatkan oleh para siswanya kelak.


SAGUSALA (SATU GURU SATU LAPTOP), PROGRAM LAPTOP UNTUK GURU

Program SAGUSALA adalah sebuah program realistis yang dirancang untuk menjawab permasalahan belajar guru agar mereka dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus menjadi Guru Abad 21.Laptop in akan menjadi ’one tool for all teacher‘s purposes’. Pertama, perangkat laptop ini dapat digunakan sebagai sumber dan alat belajar bagi guru dalam upaya pengembangan diri secara berkelanjutan (sustainable professional development) yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya di kelas maupun di luar kelas . Kedua, selain sebagai alat dan sumber belajar laptop ini juga dapat dipakai untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan para guru di seluruh dunia dengan menggunakan . ( Sumber Tabloid Klub Guru )

SEKOLAH BERBASIS KARAKTER



Konsep Sekolah Berbasis Karakter

Konsep sekolah kini tidak bisa lagi sekedar berbasis kompetensi akademik. Sesuai perkembangan zaman, para siswa bukan hanya dituntut pintar secara akademik, tapi juga harus peka lingkungan dan berkarakter. Konsep itulah yang seharusnya sudah mulai diantisipasi pihak sekolah.
Kunci sekolah berbasis karakter adalah penanaman tiga hal pokok pada siswa. yakni, konsep diri, perilaku, serta motivasi. Hal itu, lebih tepatnya mulai diterapkan sejak sekolah dasar (SD). Adapun cara agar ketiga hal tersebut terserap oleh siswa secara efektif adalah dengan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar (PBM) setiap hari di sekolah. Contoh pelajaran Biologi, siswa jangan hanya diterangkan mengenai kenapa burung bisa terbang, tapi juga apa yang harus dan tak boleh kita lakukan pada burung. Begitu pula dalam pelajaran Sejarah, siswa tidak hanya diajari bagaimana cara menghafal, tapi juga harus dibina untuk mengetahui manfaat pelajaran itu sendiri. Siswa akan berkembang jika cara pengajarannya seperti itu. Diharapkan tanggung jawab akan muncul dari siswa.



Sosok yang paling berperan dalam penerapan konsep ini bukan hanya guru, tapi juga orang tua. Orang tua harus berperan penuh dalam penanaman bilai-nilai cinta lingkungan di rumah. Sementara guru bersikap proaktif di sekolah untuk memasukkan unsur-unsur empati dalam setiap pelajaran.
Sebenarnya banyak sekolah yang sudah menuju sekolah berbasis karakter. Namun, mereka hanya sebatas menyosialisasikan dan menjadi sisipan. Padahal, seharusnya integrasi sisipan moral harus dimasukkan dalam silabus pendidikan. Artinya, guru harus menyiapkan sedini mungkin materi-materi sisipan dalam pelajaran sebelum masuk kelas atau yang sering disebut sebagai rencana pembelajaran. Sisipan motivasi, konsep diri, dan perilaku pada anak-anak sangat penting. Ini akan menjadikan meraka calon-calon pemimpin.
Penanaman karakter ini diharapkan bisa mengurangi problem berat yang dihadapi anak bangsa. Seperti, masalah ketidakdisiplinan, kurang empati, plagiat, tidak punya konsep diri, serta malas. Yang paling parah sifat inferiornya. Karena itu, motivasi sudah masuk top urgent. Dengan suntikan motivasi, siswa diharapkan dapat mengamalkan ilmu bukan hanya diri sendiri, tapi bisa bermanfaat bagi orang lain.
(Sumber : Klinik Pendidikan JP-Unesa)