Selasa, 07 Desember 2010

SEKOLAH BERBASIS KARAKTER



Konsep Sekolah Berbasis Karakter

Konsep sekolah kini tidak bisa lagi sekedar berbasis kompetensi akademik. Sesuai perkembangan zaman, para siswa bukan hanya dituntut pintar secara akademik, tapi juga harus peka lingkungan dan berkarakter. Konsep itulah yang seharusnya sudah mulai diantisipasi pihak sekolah.
Kunci sekolah berbasis karakter adalah penanaman tiga hal pokok pada siswa. yakni, konsep diri, perilaku, serta motivasi. Hal itu, lebih tepatnya mulai diterapkan sejak sekolah dasar (SD). Adapun cara agar ketiga hal tersebut terserap oleh siswa secara efektif adalah dengan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar (PBM) setiap hari di sekolah. Contoh pelajaran Biologi, siswa jangan hanya diterangkan mengenai kenapa burung bisa terbang, tapi juga apa yang harus dan tak boleh kita lakukan pada burung. Begitu pula dalam pelajaran Sejarah, siswa tidak hanya diajari bagaimana cara menghafal, tapi juga harus dibina untuk mengetahui manfaat pelajaran itu sendiri. Siswa akan berkembang jika cara pengajarannya seperti itu. Diharapkan tanggung jawab akan muncul dari siswa.



Sosok yang paling berperan dalam penerapan konsep ini bukan hanya guru, tapi juga orang tua. Orang tua harus berperan penuh dalam penanaman bilai-nilai cinta lingkungan di rumah. Sementara guru bersikap proaktif di sekolah untuk memasukkan unsur-unsur empati dalam setiap pelajaran.
Sebenarnya banyak sekolah yang sudah menuju sekolah berbasis karakter. Namun, mereka hanya sebatas menyosialisasikan dan menjadi sisipan. Padahal, seharusnya integrasi sisipan moral harus dimasukkan dalam silabus pendidikan. Artinya, guru harus menyiapkan sedini mungkin materi-materi sisipan dalam pelajaran sebelum masuk kelas atau yang sering disebut sebagai rencana pembelajaran. Sisipan motivasi, konsep diri, dan perilaku pada anak-anak sangat penting. Ini akan menjadikan meraka calon-calon pemimpin.
Penanaman karakter ini diharapkan bisa mengurangi problem berat yang dihadapi anak bangsa. Seperti, masalah ketidakdisiplinan, kurang empati, plagiat, tidak punya konsep diri, serta malas. Yang paling parah sifat inferiornya. Karena itu, motivasi sudah masuk top urgent. Dengan suntikan motivasi, siswa diharapkan dapat mengamalkan ilmu bukan hanya diri sendiri, tapi bisa bermanfaat bagi orang lain.
(Sumber : Klinik Pendidikan JP-Unesa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar